Jayapura, Papua Terbit - Malam Renungan Aids Nusantara (MRAN) dilakukan setiap tahun di Bulan Mei oleh berbagai Lembaga Peduli AIDS sebagai bentuk dukungan kepada orang dengan HIV-AIDS (ODIV) dan orang yang hidup dengan orang dengan HIV-AIDS (OHIDHA) serta untuk meningkatkan kepedulian terhadap permasalahan AIDS.
MRAN tahun ini diperingati di Wantilan Prajaloka Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura dengan tema “bersama kita ingat bersama kita sehat melalui cinta dan solidaritas”, Sabtu (18/5/2024).
Ketua panitia kegiatan, Ny. Ni Ketut Kabeningsih, S.Pd, M.Mpd mengatakan MRAN dilaksanakan untuk menggugah rasa kepedulian masyarakat terhadap keberadaan para relawan dan menyuarakan stop stigma dan diskriminasi HIV-AIDS.
Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV-AlDS, memberikan dukungan kepada para ODHA (orang dengan HIV-AIDS serta mengenang mereka yang telah meninggal karena penyakit AIDS.
Kasus AIDS telah dilaporkan oleh KPA Kota Jayapura semakin meningkat. Dengan kemungkinan angka tersebut akan terus bertambah jika epidemis ini tidak ditangani dengan lebih serius.
Epidemi HIV bersifat multidimensi dan sudah menjangkiti masyarakat luas, tidak hanya terkonsentrasi pada populasi kunci yang rawan tertular HIV saja. Untuk itu, diperlukan upaya secara terus menerus dan masif dengan sosialisasi dan edukasi HIV-AIDS di berbagai lingkungan masyarakat termasuk di lingkungan gereja, mesjid, pura, wihara.
Berdasarkan Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV-AIDS, program pengendalian HIV di Indonesia dikenal dengan tiga zero pada tahun 2030. Tiga zero ini bertujuan untuk menurunkan hingga meniadakan infeksi baru (zero new infection) dan menurunkan hingga meniadakan kematian terkait AIDS (zero AIDS related deaths), dan menurunkan stigma dan diskriminasi (zero discrimination).
Strategi untuk mencapai 3 zero tersebut melalui pencapaian target
90-90-90 yaitu, 90 persen ODHA mengetahui status HIV-nya, 90 persen ODHA yang tahu status mendapatkan ARV, dan 90 persen ODHA on ART (ODHA yang sedang menjalani terapi antiretroviral) mengalami supresi viral load.
Tema "Bersama Kita Ingat, Bersama Kita Sehat Melalui Cinta dan Solidaritas/kebersamaan" menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan HIV karena stigma dan diskriminasi yang terus-menerus, yang mengarah pada perasaan malu, keraguan diri, dan isolasi, mencegah individu untuk mencari perawatan dan dukungan mereka. membutuhkan.
Dengan mengatasi stigma dan stigma diri sendiri, dapat membantu menghentikan bahasa negatif yang terus-menerus seputar penularan HIV, menyebarkan mitos dan informasi yang salah tentang hidup dengan HIV,serta mengakhiri stigma dan diskriminasi HIV yang telah lama menjadi penghalang bagi pencegahan dan pengobatan HIV yang efektif.
“Kami mengambil hari ini untuk mengingatkan diri sendiri dan komunitas kami bahwa kami penting, bahwa kami lebih dari HIV, bahwa kami dapat mencintai diri sendiri dan dicintai, kami dapat mengejar impian kami, dan bahwa dalam solidaritas kami dapat membangun komunitas yang lebih kuat yang peduli satu sama lain,” ujar Kabeningsih yang juga menjabat sebagai Ketua WHDI Provinsi Papua.
Dukungan bagi para penderita HIV-AIDS dilakukan oleh para pemerhati atau relawan yang membaktikan dirinya dalam situasi sosial kemasyarakatan yang berbagai ragam. Beberapa relawan yang membaktikan dirinya, sudah meninggal dunia dengan berbagai penyebab diantaranya karena menderita AIDS juga.
Untuk mengenang para pemerhati/relawan akan jasa-jasanya serta untuk memberikan dukungan dan menyuarakan Stop STIGMA dan Diskriminasi bagi para penderita HIV AIDS yang berdomisili di Kota Jayapura maka kami mengadakan Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) Tahun 2024 di Kota Jayapura.
Staf Ahli Obet Kambuaya mewakili Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey berharap agar bersama-sama berbuat lebih banyak demi menghentikan laju epidemi HIV-AIDS, dengan semakin mengintensifkan edukasi dan sosialisasi di lingkungan masyarakat.
“Pemkot Jayapura menyampaikan terimakasih kepada masyarakat terutama pihak yang telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS, upaya edukasi untuk membangkitkan kesadaran semua pihak untuk menghindari risiko penularan HIV-AIDS serta menyetop stigma dan diskriminasi. Jauhi penyakitnya bukan orangnya,” ujarnya.
Kegiatan MRAN di Kota Jayapura diisi dengan berbagai acara, antara lain doa bersama untuk mengenang mereka yang telah meninggal karena AIDS dari lima tokoh agama, penyuluhan dan diskusi tentang pencegahan dan penanganan HIV-AIDS.
Berani Periksa yang sudah dilaksanakan pada Kamis (9/5/2024) bertempat di Wantilan Prajaloka Pura Agung Surya Bhuvana Kota
Jayapura, penampilan seni dari mahasiswa ISBI di Tanah Papua, drama tari dari pemuda Hindu, atraksi dari pemuda Muhamadddiyah Kota Jayapura, dan penyalaan lilin sebagai simbol harapan dan solidaritas diiringi Puisi. (IF/EK)
0 Komentar