Jayapura, Papua Terbit - Warga di Kelurahan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua menggelar simulasi evakuasi mandiri tanggap dan sigap dalam mengantisipasi bencana alam baik gempa bumi dan tsunami, Kamis (16/5/2024).
Kegiatan yang dilaksanakan dari Pantai Hanurata Residen RT.05/RW.09 Hamadi Gunung menuju ke Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Balai Serbaguna Hamadi Gunung/Rayon 7 GKI Imanuel Hamadi RT.01/RW.09, melibatkan 30 orang anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB).
Selain itu, 70 peserta dari lokasi zona merah rawan tsunami daerah pesisir pantai, yang melibatkan juga kaum rentan diantaranya ibu hamil, lansia (lanjut usia), balita, anak-anak, dan difabel (orang berkebutuhan khusus) serta Pemerintah Kelurahan Hamadi, BPBD Kota Jayapura dan BPBD Propinsi Papua.
“Bertambahnya kesigapan dan kesadaran warga dan personil institusi pemerintahan kelurahan dalam pemahaman menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami,” ujar Ketua RW.07 yang juga FasKel, Beatriks Abidondifu.
Bencana adalah perisitiwa atau rangkaian perisitiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Topografi Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga landai dan berbukit/gunung kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut. Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha yang terdiri dari 5 Distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram dan Muara Tami.
Terdapat kurang lebih 30 persem tanah tidak layak huni, karena terdiri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan lindung. Variasi curah hujan antara 45–255 mm/thn dengan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan/thn. Suhu rata-rata 22 °C-31,8 °C.
Simulasi evakuasi mandiri hadapi bencana gempa bumi dan tsunami termasuk dalam Program Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat melalui Tim IDRIP. Kota Jayapura sebagai perwakilan BNPB Wilayah 2 melakukan pendampingan pada Kelurahan Hamadi, yang juga adalah salah satu dari 6 kelurahan/ kampung di Kota Jayapura sebagai lokus pembinaan DESTANA (Desa Tangguh Bencana).
“Fungsi-fungsi rantai peringatan dini, teknologi komunikasi dan tindakan reaksi Warga Masyarakat yang terbangun untuk mengantisipasi ancaman gempa bumi dan tsunami di kelurahan semakin teruji,” ujar FasDa, Surya Malino.
Kasubid Pencegahan BPBD Kota Jayapura, Herawati mengatakan melalui kegiatan tersebut agar warga dapat mengetahui langsung cara bagaimana melakukan pertolongan bila terjadi bencana secara mandiri, dapat menerapkan langkah-langkah awal peringatan dini.
“Evakuasi ke lokasi titik kumpul yang aman sesuai peta evakuasi yang mulai disosialisasikan, mengetahui cara melaporkan dan menyampaikan kebutuhan bantuan pada pemerintah melalui posko dan/atau jalur-jalur komunikasi yang ada sebagaimana disimulasikan, sehingga mengurangi resiko dari ancaman gempa bumi dan tsunami,” ujarnya.
Lurah Hamadi, Johanis Raprap mengaku berterima kasih atas perhatian pimpinan dan instansi teknis sebab warga dapat memperoleh pengetahuan terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
“Melalui kegiatan tersebut semakin melengkapi kearifan lokal Warga yang sudah ada, bagaimana mengetahui sejak dini dan merespon ancaman gempa bumi terutama resiko tsunami, karena berada pada lokasi rawan,” ujarnya.
Merespon kegiatan yang dilakukan oleh IDRIP dari BNPD, Kelurahan Hamadi melaporkan bahwa pada semester 2 tahun 2024 juga akan dilakukan kegiatan simulasi bencana yang sama oleh Pemerintah Daerah Kota Jayapura melalui Pemerintah Kelurahan dan FPRB beranggotakan Warga Kelurahan Hamadi yang telah dibentuk dengan tetap pendampingan dari BPBD Kota Jayapura, sehingga ke depan dapat menjadi program rutin.
Salah satu warga RT.04/RW.09 Kampung Nelayan, Toni Aibini berharap dengan diadakannya simulasi evakuasi mandiri maka masyarakat dapat membagi pengetahuan pada keluarga, teman, saudara, tetangga tentang cara evakuasi mandiri bila terjadi bencana.
“Kami berterima kasih dan menyambut positif kegiatan simulasi ini, sebab sangat bermanfaat bagi warga terutama kami yang mendiami daerah pesisir pantai. Harapan kami, agar berkesinambungan dalam setahun rutin dilakukan minimal dua kali, terutama pada daerah zona merah rawan tsunami seperti pada peta zonasi,” ujarnya. (IF/EK)
0 Komentar