Jayapura, Papua Terbit,-Relawan Solidaritas Muda Papua yang terdiri dari berbagai komunitas pemuda resmi menyatukan hati menyuarakan dukungan terhadap pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Benhur Tomi Mano – Constant Karma (BTM–CK), dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang akan digelar pada 6 Agustus 2025.
Ketua Relawan Solidaritas Muda Papua, Amoye Pekey, menyatakan bahwa dukungan ini merupakan bentuk komitmen anak muda Papua untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan daerah dan demokrasi yang sehat.
Amoye menyampaikan, gerakan ini bertujuan untuk merangkul serta mengangkat potensi anak muda Papua agar bisa bersuara, berkarya, dan berdaya.
"Kami siap mendukung sepenuhnya visi dan misi BTM–CK, yaitu mewujudkan Papua yang maju, mandiri, dan berdaya. Kami juga siap menjadi garda terdepan dalam mendukung pelayanan pemerintahan yang prima guna memastikan terciptanya birokrasi yang bersih dan berwibawa," ujar Amoye, di kediaman calon gubernur Papua Benhur Tomi Mano,Senin(23/6/25)
Relawan juga menyatakan kesiapannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif agar generasi muda Papua memiliki ruang untuk berkreasi dan bersaing secara sehat. Dalam kegiatan tersebut, sejumlah komunitas pemuda seperti pelaku UMKM, penjual kopi dan roti bakar, turut menyampaikan komitmennya mendukung pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, serta peningkatan kualitas generasi muda yang cerdas dan sehat.
Menurut Amoye,pihaknya telah membangun kekuatan dari akar rumput, dengan melibatkan berbagai elemen anak muda, termasuk pegiat lingkungan, komunitas konten kreatif, paguyuban pemuda, hingga organisasi keagamaan.
"Banyak anak muda belum terlibat dalam kontestasi politik, terutama pemilih pemula. Dengan adanya wadah ini, kami ingin membuka ruang bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi dan mengambil bagian dalam proses demokrasi," jelasnya.
Menurut Amoye, pasangan BTM–CK merupakan figur tepat karena dinilai memiliki pengalaman birokrasi, mampu menunjukkan prestasi, dan dekat dengan masyarakat. Ia juga menyebut bahwa Papua membutuhkan pemimpin sipil yang mengayomi rakyat, bukan dari latar belakang militer.
"Papua adalah wilayah yang rawan konflik, sehingga kami tidak ingin pemimpin dengan pendekatan militer. Kami butuh pemimpin yang menyejukkan, merangkul, dan membawa harapan bagi masa depan Papua yang damai dan sejahtera," tegas Amoye.
Relawan Solidaritas Muda Papua memastikan akan terus mengawal proses demokrasi hingga hari pencoblosan pada PSU 6 Agustus 2025 mendatang,(Epen Ketaren)
0 Komentar