HOTEL HORISONE KOTARAJA

HOTEL HORISONE KOTARAJA
HADIRKAN PROMO NGINAP DAN NASI BRIANI BUKA PUASA

15 rekomendasi Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya situs Gunung Srobu


Jayapura, Papua Terbit - Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Jayapura bersama TACB Pusat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat menggadakan sidang Gunung Srobu dari objek di duga cagar budaya ditetapkan sebagai cagar budaya di Grand Abe Hotel Jayapura, Kota Jayapura, Senin (20/5/2024).

Tugas TACB Kota Jayapura adalah pemberian status cagar budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruan geografis yang dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten berdasarkan rekomendasi TACB.

Dalam rapat tersebut mengahsilkan 15 rekomendasi yang akan ditetapkan sebagai situa cagar budaya gunung Srobu, yakni struktur 1-4, arca megalitik 1-3, dan kawasam cagar budaya serta SK pemeringkatan (sidang yang dilakukan TACB).

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Grace Linda Yoku mengatakan 15 rekomendasi itu diberikan kepada Wali Kota Jayapura paling lambat 25 Mei 2024 untuk disahkan sebagai situs cagar budaya.

Gunung Srobu ditemukan sejak 2014, namun belum ditetapkan sebagai cagar budaya karena butuh proses, seperti pendaftaran, pengkajian, rekomendasi, dan penetapan untuk diberikan perlindungan hukum secara fisik melalui proses penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, dan pengelolaan.

“Srobu ini bisa kita tetapkan sebagai cagar budaya karena merupakan pertemuan dua ras antara Mongolia dan Negroid. Hal ini berdasarkan fosil yang ditemukan di Gunung Srobu," ujar Linda Yoku di Kantor Wali Kota Jayapura, Selasa (21/5/2024).

Gunung Srobu layak ditetapkan cagar budaya karena identitas bangsa. Di situ kita bisa belajar lahirnya multikulturalisme, kehidupan bergotong royong, sifat menerima kelompok baru ketika terjadi akulturasi.

Gunung Srobu seluas dua hektar lebih berdiri megah di Teluk Youtefa, dengan ketinggian antara dua meter hingga 98 meter diatas permukaan air laut, yang dikelilingi oleh Kampung Nafri, Kampung Enggros, dan Kampung Tobati.

Selama 450 tahun atau sejak tahun 1730 mereka (masyarakat) tinggal di Gunung Srobu atau pada abad ke-4, yang saat itu masa peralihan dari prasejarah akhir ke masa sejarah. 

Terdapat lima megalitik di situs Gunung Srobu, Megalitik pertama adalah Pusat Pemujaan, kedua Tempat Penguburan, ketiga Tempat Penguburan, keempat Tempat Penguburan, dan kelima adalah Pusat Pemujaan.

“Gunung Srobu juga menyajikan peninggalan budaya bercorak megalitik untuk kawasan wilayah Pasifik sangat lengkap dan komplit untuk memberikan gambaran sejarah peradaban manusia," ujarnya.

Ketua TACB Kota Jayapura, Jean Hendrik Rollo mengatakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 dinyatakan secara tegas bahwa program pelestarian cagar budaya mencakup lima tujuan utama, yaitu melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya.

Situs ini didaftarkan oleh pemilik baik masyarakat adat atau perorangan atau pemerintah daerah untuk dilakukan sidang penetapan cagar budaya. Selanjutnya dibuatkan Peraturan Wali Kota untuk pengembangannya.

“TACB Kota Jayapura yang melakukan sidang dan mengusulkan ke Pemerintah Pusat agar situs Gunung Srobu ditetapkan sebagai cagar budaya, karena proses menjadi cagar budaya adalah harus terregistrasi di Pemerintah Pusat," ujarnya.

Salah satu TACB Nasional yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, Marses Sutopo berharap TACB Kota Jayapura melakukan kajian budaya, seperti peninggalan tradisional yang menggambarkan peradaban Papua, kristenisasi, dan masuknya kolonial Belanda.

“Ini peninggalan yang harus dilindungi dan dimanfaatkan untuk kepentingan sekarang dan yang akan datang,” ujarnya.

Saya berharap komitmen dari pemerintah daerah agar memperhatikan peninggalan tradisional agar semua itu membutuhkan komitmen dari pemerintah daerah agar 

mengatakan Papua wilayah yang kaya salah satunya budaya, namun belum ditetapkan sebagai cagar budaya.

“Cagar budaya"

Dari peninggalan tradisional yang menggambarkan pembunuhan dan peradaban papua serta kristenisasi dan masuknya kolonial belaja

Posting Komentar

0 Komentar