Jayapura, Papua Terbit,- Moment hari jadi ketujuh Komunitas Rumah Bakau dimaknai sebagai waktu yang tepat untuk berikhtiar agar tetap berada pada rel menyuarakan isu lingkungan di Kota Jayapura. Perayaan di tengah Bulan Ramadan juga memberi makna bahwa masih ada PR besar yang harus diselesaikan menyangkut kondisi lingkungan di Kota Jayapura.Pada Selasa (25/3), komunitas ini berusia 7 tahun setelah pada 2018 lalu mulai berkiprah. Perayaan hari jadi ini dibalut dengan kegiatan buka puasa bersama.
Founder Rumah Bakau Jayapura, Gamel mengungkapkan bahwa persoalan lingkungan saat ini membutuhkan banyak upaya konkrit yang digagas oleh anak-anak muda. Isu cuaca ekstrim, sampah plastik, krisis air bersih dan deforestasi yang berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati menjadi kondisi yang sulit dihindari. Komunitas tentunya tidak bisa hanya berharap pemerintah melakukan sendiri.
Perlu ada kerja-kerja cerdas dengan kepekaan dari komunitas. "Usia ketujuh tentunya masih sangat muda namun kami memiliki komitmen teguh untuk ikut berfikir tentang apa yang bisa dilakukan anak muda untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang disebutkan di atas," kata Gamel, Selasa (25/3) malam di Sekretariat Rumah Bakau Jayapura.
Ia menyebut bahwa Jayapura sudah sepatutnya diperkuat dengan regulasi yang tegas untuk memproteksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi. "Kalau mengatakan semua masih baik tentu kami patut pertanyakan. Tahun 2024 lalu menjadi tahun terhangat dan perubahan iklim menjadi satu indikator penyebabnya. Dan suhu laut juga menjadi yang terpanas di tahun lalu. Belum dengan timbulan sampah plastik yang tak habis-habis," beber Gamel.
Namun ia mengapresiasi dengan upaya yang dilakukan Pemkot Jayapura. Ada kebiasaan baru yang dilakukan Wakil Wali Kota, Rustan Saru yakni menggunakan tumbler. Ini dianggap sebuah kebiasaan yang simple dan mudah namun terkadang terabaikan. "Kami lihat wakil walikota kemana-mana sudah membawa botol minum sendiri. Lalu kegiatan juga menggunakan air galon. Secara etika ini terasa aneh tapi begitulah jika ingin mendorong sebuah perubahan. Butuh komitmen dan konsistensi. Menabrak kebiasaan lama," tambahnya.
Rumah Bakau juga memberi catatan terkait retribusi persampahan dimana menurut Gamel, pemerintah selain membuat regulasi yang memproteksi namun juga perlu melihat armada kebersihan yang sudah tak laik. "Kalau mobil dinas walikota bisa diganti ke mobil listrik, harusnya mobil sampah juga dipikirkan. Harus diremajakan. Kami merindukan penghargaan Adipura itu diberikan lagi ke kota ini. Jika perlu dengan grade Adipura Kencana tapi tentunya ini perlu dipersiapkan dengan matang dan kerja-kerja terukur.
"Dan terkait sampah kami mengapresiasi untuk regulasi yang sudah ada namun semua tetap perlu dievaluasi apakah sesuai harapan atau tidak. Kami pikir DPR perlu ambil bagian disini, jangan sudah dikeluhkan, menjadi viral barulah DPR bergerak. Tidak seperti itu," tutup Gamel. (*)
0 Komentar