Jayapura, Papua Terbit, - Pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) untuk pertama kalinya menggelar pembekalan bagi guru utama dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Skouw. Kegiatan ini berlangsung di salah satu hotel di Abepura, Kota Jayapura, pada Kamis (13/11/2025) dan dibuka oleh Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, mewakili Wali Kota Jayapura.
Pelatihan digelar selama tiga hari, 13–15 November 2025, dengan sejumlah materi, antara lain revitalisasi dan konservasi bahasa daerah, pengenalan kosakata dan struktur Bahasa Skouw, mendongeng, menulis puisi, hingga stand-up comedy menggunakan Bahasa Skouw.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas P&K Kota Jayapura, Grace Linda Yoku, menjelaskan bahwa Bahasa Skouw dipilih sebagai muatan lokal karena kondisinya sudah hampir punah dan penutur aktifnya sangat dan manfaatnya untuk penutur sejatinya sebagai generasi yang melestarikan bahasanya.
Ia mencontohkan, dalam Festival Tunas Bahasa Ibu yang diikuti 120 peserta dari berbagai kampung,seperti dari kampung Nafri,kayu batu kayo Pulo, Sentani, dan bahasa skouw, tapi ternyata tidak ada yang menggunakan bahasa skouw,"terangnya
Menurutnya, hasil festival dan penyusunan Kamus Bahasa Skouw menunjukkan bahwa jumlah penutur aktif semakin punah. Hal inilah yang menjadi dasar pemerintah memberikan pembekalan khusus kepada para guru yang kelak akan mengajarkan Bahasa Skouw di Distrik Muara Tami, wilayah penutur asli bahasa tersebut.
Grace menegaskan bahwa kewajiban mengajarkan bahasa daerah di sekolah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang memandatkan pemerintah daerah untuk melestarikan bahasa dan sastra daerah.
“Tanggung jawab kita adalah memberikan pembekalan kepada guru agar mereka dapat melestarikan budaya di sekolah melalui pelajaran muatan lokal, sehingga bahasa daerah tidak punah,” ujarnya.
Sebanyak 40 guru dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK mengikuti pembekalan ini. Mereka dilatih menggunakan sapaan dan struktur Bahasa Skouw yang benar oleh narasumber penutur aktif, seperti Isak Samuel Malo, Akon Samai, Leo Membilong, serta guru-guru asal Skouw.
Para peserta juga diberi kesempatan berinteraksi langsung dengan penutur asli untuk memantapkan pelafalan dan penguasaan struktur bahasa.
Grace berharap pelatihan ini mampu mendorong implementasi Bahasa Skouw sebagai muatan lokal resmi di sekolah-sekolah wilayah Muara Tami. “Kami ingin generasi muda kembali mencintai bahasa daerahnya. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi?” katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Jayapura Rustan Saru menekankan pentingnya pelestarian bahasa daerah sebagai identitas budaya di tengah arus modernisasi. Ia menyebut mulai bergesernya penggunaan Bahasa Skouw sebagai alasan perlunya langkah strategis pemerintah.
“Bahasa Skouw ini hampir hilang karena kurang diajarkan di sekolah. Pemerintah kota berupaya agar bahasa daerah tetap eksis dan tidak dimakan zaman,” ujarnya.
Menurut Rustan, pelestarian bahasa daerah tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam hubungan sosial, ekonomi, dan pariwisata, terutama di wilayah perbatasan. “Bahasa daerah juga menjadi alat komunikasi dan daya tarik wisata yang perlu dikembangkan,” tambahnya.(Epen Ketaren)



0 Komentar