Jayapura, Papua Terbit,- Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Jayapura Sentani Timur Asei Besar meraih penghargaan Predikat Terbaik Pertama sebagai dapur mandiri terbaik di Papua dari Badan Gizi Nasional (BGN) Republik Indonesia.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Deputi Bidang Pemantauan dan Pengawasan BGN, Letjen TNI (Purn) Dadang Hendrayudha, dalam kegiatan Pengarahan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) secara nasional se-Tanah Papua yang berlangsung di Hotel Swiss-Bel, Selasa (11/11/2025)kemarin
Ketua Yayasan Teker Harapan Papua, Hesty Imelda Kere, yang juga bekerja karyawan TVRI Papua, mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan dapur SPPG Asei Besar terletak pada penerapan standar dan petunjuk teknis (juknis) BGN serta komunikasi yang solid antara tim dapur dan para relawan.
“Kami mengikuti seluruh standar juknis BGN dan menjaga komunikasi baik dengan Kepala SPPG serta seluruh relawan. Itu yang membuat sistem berjalan efektif,” ujar Hesty di dapur SPPG Jayapura Sentani Timur Asei Besar,Rabu(12/11/25)
Respon Antusias dari Masyarakat dan Anak Sekolah
Hesty menambahkan, program nasional Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendapat sambutan positif dari masyarakat, khususnya anak-anak sekolah di wilayah Asei Besar.
“Sebagai anak kampung Asei Besar, saya melihat sendiri bagaimana antusiasme anak-anak menunggu kedatangan speedboat pembawa MBG setiap pagi,” ungkapnya.
Menurut hasil evaluasi, kehadiran program MBG berdampak signifikan terhadap peningkatan kehadiran siswa di sekolah.
“Sebelumnya banyak anak jarang masuk sekolah. Tapi sejak program MBG berjalan, mereka lebih rajin hadir dan mengikuti pelajaran dengan semangat,” jelasnya.
Hesty juga menyoroti adanya beberapa daerah di Tanah Papua yang menolak program MBG, namun kondisi tersebut tidak terjadi di wilayahnya.
“Begitu dapur siap beroperasi, kami langsung mengundang para kepala sekolah dan komite untuk melihat langsung prosesnya. Mereka justru mendukung penuh,” tambahnya.
Tantangan dan Dukungan Operasional
Meski demikian, Hesty mengakui tantangan terbesar adalah biaya bahan baku dan transportasi di wilayah danau. Harga per porsi kecil mencapai Rp13.000, sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui Rp13.400, dan balita Rp8.000.
Selain itu, operasional dapur memerlukan sekitar 200 liter BBM per hari untuk satu kapal dan empat speedboat, sebagian besar masih disewa dari masyarakat.
“Kami bersyukur karena masyarakat juga ikut menerima manfaat ekonomi dari penyewaan speedboat,” ucap Hesty.
Manajemen Dapur dan Dukungan Perbankan
Chef pendamping Ismanto Tampubolon menambahkan bahwa dapur MBG Asei Besar menerapkan sistem keamanan pangan berbasis Analisis Critical Control Point (ACCP).
“Awalnya sulit karena banyak yang terbiasa masak di rumah, tapi setelah pelatihan, mereka sudah paham cara memasak yang steril dan higienis,” jelasnya.
Pembangunan dapur sempat terkendala dana, namun akhirnya terselesaikan berkat dukungan BPR Bosnik dan Bank Mandiri. Kini dapur seluas 400 meter persegi tersebut mempekerjakan 40 relawan dan melayani 2.631 penerima manfaat di Distrik Sentani Timur, mencakup 9 posyandu dan 29 sekolah, termasuk SMA Yokiwa, SMP Hobong, SMP Ayapo, serta 10 PAUD.
Distribusi makanan dilakukan setiap pagi pukul 08.00 WIT menggunakan satu kapal kecil dan empat speedboat dengan rute terjadwal.
“Kami memastikan makanan tetap hangat saat tiba di sekolah. Speedboat kami dilengkapi atap agar makanan tidak terkena hujan atau panas matahari,” tutupnya(Epen)


0 Komentar